Tips Menulis Flash Fiction
Pernah mendengar Flash Fiction? Orang-orang sering menyingkatnya dengan BB! Ya, enggaklah! Itu sering disingkat dengan FF, pan huruf depannya dari F, bukan dari B (masa, sih?).
Lalu, lalu apa, siiih FF itu? Sebenarnya dia sebuah produk literasi juga. Termasuk sebuah karya tulis fiksi, sama seperti novel, cerita pendek, cerita bersambung, dan lain sebagainya. Perbedaannya terletak pada jumlah kata. Pengertian FF yang telah berkembang dan disepakati bersama adalah sebuah karya fiksi yang jumlah katanya berkisar dari 200an sampai 1000 kata. Beberapa sastrawan Indonesia menyebutkan dengan cerita mini atau cermin. FF ditujukan untuk bacaan singkat yang bisa dilakukan dalam waktu sekali duduk.
Akan tetapi... bukan berarti FF itu merupakan penggalan cerpen atau hanya potongan kisah. FF memiliki bagian utuh layaknya karya sastra lainnya. Dia harus punya pembuka, isi dan penutup. FF juga harus memiliki karakter, setting, konfllik dan resolusi. Kalau dari segi waktu, diusahakan terjadi dalam satu waktu.
Ini, dia beberapa tips dariku dalam menuliskan sebuah FF:
1. Pikirkan sebuah ide, lalu mulailah kalimat pertamamu dengan menghadirkan puncak konflik.
Contoh: Betapa aku tersentak, ketika menemukan diriku terbangun di atas tumpukan jerami.
Dari kalimat singkat di atas, kita sudah memunculkan konflik. Mengapa dia terkejut? Mengapa dia bisa berada di atas tumpukan jerami? Di manakah dia sebelumnya?
Dan, kalimat sederhana ini, sudah memperkenalkan karakter 'aku' serta setting (di atas tumpukan jerami)
2. Jelaskan dengan efektif tentang hal yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Tidak dengan cara menjelaskan (telling) tapi tunjukkan (showing).
Jangan dilanjutkan dengan: Aku melihat sekeliling dan baru menyadari aku sedang berada di mana. Aku tidak menyukai tempat ini. Sebab aroma tempat ini membuatku mual. Jerami mungkin tidak terlalu masalah, karena tubuhku bisa tetap hangat. Semua sebenarnya tidak terlalu masalah jika caranya tidak seperti ini. (telling)
Sebaiknya dilanjutkan dengan: "Sudah kubilang, aku tidak suka di sini! Ini pasti kerjaan, Titaaa!!! Di sini bau, aku mau muntah!"
Tiba-tiba pintu terbuka. Kepala Tita menyembul dengan senyumannya yang khas. Kali ini, dia terlihat jelek. Karena aku sedang kesal padanya.
3. Jika dirasa ceritamu itu sudah mencapai ending, lakukan dengan segera. Jangan lagi ditambah penjelasan-penjelasan membosankan yang panjang dan lama. Ingat, ini FF, bukan cerpen, cerbung, apalagi novel. Sampai di atas, aku merasa ceritaku sudah selesai. Maka, kita tinggal memikirkan sebuah ending yang sukar ditebak dan twist. Tetapi perlu diingat, jangan hanya sekadar sukar ditebak tetapi meninggalkan norma kewajaran. Semuanya harus masuk akal dan bersinergi dengan penjelasan sebelumnya. Eeehhh, tambahan lagi. Sebenarnya, aku biasanya sudah memikirkan ending persis ketika ide awal muncul. Ini berguna untuk apa? Agar penceritaan kita bisa bersinergi dengan ending, sehingga kita bisa memunculkan 'tanda-tanda' atau logika dari awal.
Aku akan mengakhiri FF itu dengan:
"Maaf, semalam aku memindahkanmu. Di luar dingin," kata Tita lembut dan mengelus kepalaku.
Aku berteriak ke wajahnya, "Ngriiiikkk!"
Terdengar suara ringkikan dari mulutku.
"Oh, Jasmin. Untung kau masih bayi, jadi aku bisa meminta tolong Gerald untuk mengangkatmu ke dalam. Lain kali jangan pindah ke luar kandang lagi, ya! Kuda yang nakal!"
Tita menyumpalkan botol susu besar ke mulutku. Dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
4. Usahakan terjadinya dalam sekali waktu berjalan, jika memang dibutuhkan penjelasan tentang masa depan atau masa lalu, gunakan teknik flashback. Dalam FF-ku di atas, waktu terjadinya paling kurang lebih beberapa menit.
Contoh: Aku dipelihara Tita saat ibuku mati ketika melahirkanku. Waktu itu, bla, bla, bla....
Hindari pemenggalan cerita dengan setting waktu yang berpindah, misal:
Beberapa bulan yang lalu.
Atau beberapa minggu kemudian.
Itu saja tips mudah menulis FF dariku. Selamat mencoba dan keep writing.
Medan, 8 Agustus 2017
Dari berbagai sumber.
Lalu, lalu apa, siiih FF itu? Sebenarnya dia sebuah produk literasi juga. Termasuk sebuah karya tulis fiksi, sama seperti novel, cerita pendek, cerita bersambung, dan lain sebagainya. Perbedaannya terletak pada jumlah kata. Pengertian FF yang telah berkembang dan disepakati bersama adalah sebuah karya fiksi yang jumlah katanya berkisar dari 200an sampai 1000 kata. Beberapa sastrawan Indonesia menyebutkan dengan cerita mini atau cermin. FF ditujukan untuk bacaan singkat yang bisa dilakukan dalam waktu sekali duduk.
Akan tetapi... bukan berarti FF itu merupakan penggalan cerpen atau hanya potongan kisah. FF memiliki bagian utuh layaknya karya sastra lainnya. Dia harus punya pembuka, isi dan penutup. FF juga harus memiliki karakter, setting, konfllik dan resolusi. Kalau dari segi waktu, diusahakan terjadi dalam satu waktu.
Ini, dia beberapa tips dariku dalam menuliskan sebuah FF:
1. Pikirkan sebuah ide, lalu mulailah kalimat pertamamu dengan menghadirkan puncak konflik.
Contoh: Betapa aku tersentak, ketika menemukan diriku terbangun di atas tumpukan jerami.
Dari kalimat singkat di atas, kita sudah memunculkan konflik. Mengapa dia terkejut? Mengapa dia bisa berada di atas tumpukan jerami? Di manakah dia sebelumnya?
Dan, kalimat sederhana ini, sudah memperkenalkan karakter 'aku' serta setting (di atas tumpukan jerami)
2. Jelaskan dengan efektif tentang hal yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Tidak dengan cara menjelaskan (telling) tapi tunjukkan (showing).
Jangan dilanjutkan dengan: Aku melihat sekeliling dan baru menyadari aku sedang berada di mana. Aku tidak menyukai tempat ini. Sebab aroma tempat ini membuatku mual. Jerami mungkin tidak terlalu masalah, karena tubuhku bisa tetap hangat. Semua sebenarnya tidak terlalu masalah jika caranya tidak seperti ini. (telling)
Sebaiknya dilanjutkan dengan: "Sudah kubilang, aku tidak suka di sini! Ini pasti kerjaan, Titaaa!!! Di sini bau, aku mau muntah!"
Tiba-tiba pintu terbuka. Kepala Tita menyembul dengan senyumannya yang khas. Kali ini, dia terlihat jelek. Karena aku sedang kesal padanya.
3. Jika dirasa ceritamu itu sudah mencapai ending, lakukan dengan segera. Jangan lagi ditambah penjelasan-penjelasan membosankan yang panjang dan lama. Ingat, ini FF, bukan cerpen, cerbung, apalagi novel. Sampai di atas, aku merasa ceritaku sudah selesai. Maka, kita tinggal memikirkan sebuah ending yang sukar ditebak dan twist. Tetapi perlu diingat, jangan hanya sekadar sukar ditebak tetapi meninggalkan norma kewajaran. Semuanya harus masuk akal dan bersinergi dengan penjelasan sebelumnya. Eeehhh, tambahan lagi. Sebenarnya, aku biasanya sudah memikirkan ending persis ketika ide awal muncul. Ini berguna untuk apa? Agar penceritaan kita bisa bersinergi dengan ending, sehingga kita bisa memunculkan 'tanda-tanda' atau logika dari awal.
Aku akan mengakhiri FF itu dengan:
"Maaf, semalam aku memindahkanmu. Di luar dingin," kata Tita lembut dan mengelus kepalaku.
Aku berteriak ke wajahnya, "Ngriiiikkk!"
Terdengar suara ringkikan dari mulutku.
"Oh, Jasmin. Untung kau masih bayi, jadi aku bisa meminta tolong Gerald untuk mengangkatmu ke dalam. Lain kali jangan pindah ke luar kandang lagi, ya! Kuda yang nakal!"
Tita menyumpalkan botol susu besar ke mulutku. Dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
4. Usahakan terjadinya dalam sekali waktu berjalan, jika memang dibutuhkan penjelasan tentang masa depan atau masa lalu, gunakan teknik flashback. Dalam FF-ku di atas, waktu terjadinya paling kurang lebih beberapa menit.
Contoh: Aku dipelihara Tita saat ibuku mati ketika melahirkanku. Waktu itu, bla, bla, bla....
Hindari pemenggalan cerita dengan setting waktu yang berpindah, misal:
Beberapa bulan yang lalu.
Atau beberapa minggu kemudian.
Itu saja tips mudah menulis FF dariku. Selamat mencoba dan keep writing.
Medan, 8 Agustus 2017
Dari berbagai sumber.
Huhuuu~ saya juga pernah nulis soal ini di note FB. Tapi, belum sempat (baca: malas) mindah ke blog. 😂😂😂
ReplyDeleteIni note nya:
https://m.facebook.com/notes/mega-yohana/tiba-tiba-kepengen-ngomongin-flash-fiction-/10155342499489267/