BAGAIMANA CARA MENULIS NOVEL BERDASARKAN KISAH NYATA ?

SAYA akan membagikan sedikit pengalaman saya waktu menulis karya sastra berupa novel berdasarkan kisah nyata seseorang. Sebelum saya membagikan apa langkah-langkah dalam menuliskan novel berdasarkan kisah nyata, saya ingin kita sama-sama paham terlebih dahulu, apa perbedaaan buku biografi dan novel berdasarkan kisah nyata?

Biografi adalah penulisan riwayat hidup seseorang yang dilakukan orang lain mulai dari dirinya lahir hingga dewasa. Sedangkan novel yang berdasarkan kisah nyata bisa mengambil secara keseluruhan (dari lahir hingga dewasa) atau hanya sebagian kisah hidup seseorang. Biasanya bagian kisah yang diangkat ke dalam novel tersebut, merupakan kisah yang paling menarik, atau paling seru dan terutama memuat hal-hal yang paling inspiratif.  

Perbedaan lain antara biografi dan novel berdasarkan kisah nyata adalah kalau biografi keseluruhan elemennya harus berisi tentang hal yang benar-benar terjadi baik per kejadian, per kalimat yang diucapkan, perasaan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam novel berdasarkan kisah nyata, telah dimasukkan elemen fiksi dengan maksud untuk menciptakan dramatisasi agar menjadi daya tarik pembaca, penguatan dialog, permainan plot meskipun tidak boleh terlalu jauh melenceng dari kejadian aslinya.

Baiklah, kita sudah sama-sama mengetahui perbedaan mendasar antara biografi dan novel berdasarkan kisah nyata. Sekarang langsung saja, kita bahas gimana, sih proses membuat sebuah novel berdasarkan kisah nyata?

Semua yang dipaparkan di sini adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi ketika menuliskan novel ‘Ryuchan Genki Desu!’. Novel tersebut  merupakan kisah nyata dari seorang bayi perempuan dari Bangka Tengah, Bangka Belitung. Anak perempuan itu bernama Ryu Deyumni Mahrani. Dia menderita penyakit Atresia Billier sejak dua minggu pascakelahirannya. Penyakit yang menyerang bagian hati ini termasuk penyakit jarang, yakni hanya menyerang 1 dari 10.000 kelahiran. Akan tetapi kalau tidak segera ditolong, penyakit ini bisa menimbulkan kematian. Tak hanya sampai di situ, cara penyembuhan penyakit ini hanya dengan transplantasi hati yang berbiaya bisa mencapai satu milyar. Nah, perjuangan orang tua Ryu mempertahankan hidup anaknya inilah bagian yang saya tuliskan menjadi sebuah novel.

Ini adalah kali pertama saya menuliskan novel berdasarkan kisah nyata. Sebelumnya, saya hanya menulis novel murni fiksi yang semuanya mulai dari karakter, plot, konflik cerita, ide, setting, dan segalanya merupakan imajinasi saya sendiri. Saya pikir, ini akan lebih mudah, karena karakter, setting, konflik dan segalanya sudah tersedia. Akan tetapi dugaan tak semulus kenyataan.

Saya mulai stress menentukan plot atau hal semacam kisah ini dimulai dari mana? ‘Bahan mentah’ ini akan saya olah seperti apa? Belum lagi ketika sebuah beban sebesar raksasa naik tronton (tronton negara raksasa juga, FYI) menimpa pundakku. Apa beban itu? Bebannya, kisah yang datang padaku ini full inspiration, sehingga aku tidak boleh merusak kemurnian dan ‘zat gizi’ dalam kisah keluarga kecil itu. Sebenarnya, untuk menceritakan penderitaanku ini bisa jadi satu novel sendiri. Jadi aku memutuskan untuk mengakhiri curcol ini sampai di sini saja. Sebab, kalian pasti tidak akan bersedia mendengarkan keluh kesahku.

Dalam kegalauan yang melanda itu, saya menemukan formula menuliskan novel berdasarkan kisah nyata pada akhirnya. Mungkin masing-masing penulis punya cara sendiri. Tapi mungkin saja di antara kalian ada yang butuh semacam inspirasi atau tandingan atau mungkin penderitaan orang lain agar—merasa—menjadi lebih baik. Aku datang untuk alasan yang terakhir. :D

Ini dia langkah-langkahnya:

1. Menentukan variabel kisah.

Ada dua variabel penting dalam kisah yang akan kutuliskan itu, yakni Atresia Billier dan keluarga Ryu. Nah, dua variabel itu, kita cari data sedetail dan selengkap-lengapnya. So, jika kamu sudah mulai menulis novel berdasarkan kisah nyata, mulailah lerai variabel apa yang perlu kamu cari, hingga ketika menulis nanti sudah tidak terganggu lagi dengan pencarian segala macam. Sebab ini bisa menjadikanmu kehilangan ‘kepala’. ‘Kepala’ yang saya maksud adalah mood menulis. Kehilangan mood akan membuat kau semacam kehilangan kepala.

2. Mencari data.

Saya mulai mencari data. Karena saya sudah memilah-milah data apa saja yang dicari, maka akan menjadi lebih gampang. Saya meminta data tentang Atresia kepada Nyfara Foundation—sebuah Yayasan peduli Atresia yang mendampingi perjuangan Ryu ganti hati dan sekaligus menjadi jembatan antara saya dan orang tua Ryu. Saya juga mencari data dari mesin pencari di internet. Saya kemudian mewawancarai orang tua Ryu. Kami berkomunikasi melalui WA. Karena saya ada di Medan, mereka di Koba, Bangka Tengah. Untung saja, Rion, Ayah Ryu pernah membuat blog dan menuliskan kisah tentang perjuangannya juga. Sehingga itu sangat memudahkan. Ibunda Ryu juga turut berkisah. Jika kita bertemu dengan narasumber yang tidak sempat mengetik kisahnya, mintalah agar merekam kisah mereka. Lagi-lagi WA adalah aplikasi yang saya sarankan.

3. Memilah kisah

Biasanya narasumber menceritakan kisah mereka itu dengan berbagai cara. Jika kita tidak mendapatkan kisah secara runut, kitalah yang memiliki tugas merunutkannya. Awalnya saya bingung melakukan ini. Akhirnya saya dapat cara yang jitu. Saya membuat kronologis kejadian dengan bantuan kertas dan pulpen. Saya bagi kertas-kertas itu untuk masing-masing periode. Di atas kertas-kertas itu saya tulisakan November 2013, Desember 2013, pokoknya semua periode masa kejadian kisah yang akan kita tuliskan.

            Lalu kisah yang diceritakan narasumber, sudah terkategorisasi berdasarkan waktu kejadiannya. Jika sudah begini kita tinggal menuliskan.

4. Mulai menulis.

Silakan mulai menulis dengan gaya penceritaan sendiri. Jangan terpengaruh dengan gaya cerita orang lain yang sudah tenar. Di sini saatnya kamu menjadi diri kamu sendiri. Dari pengalaman saya, dalam proses ini imajinasi/pemikiran kita akan seiring sejalan membawa kita akan bentuk dari plot/alur kisah. Pada saat itu, untuk mengindari seperti pembacaan berita yang membosankan saya menggunakan alur maju mundur. Saya mengawali dengan sebuah video yang pernah diposting orang tua Ryu di Facebook. Video itu menayangkan Ryu usia sekitar 3 atau 4 tahun melihat video dirinya sendiri ketika masih bayi dan sedang melakukan operasi transplantasi. Lalu kemudian mundur ke masa di mana ayah dan ibunya mengetahui sakitnya itu pertama kali.

5. Cara mengatasi writer’s block

Apakah dalam menuliskan kisah ini saya pernah mengalami writer’s block? Tentu saja! Writer’s block adalah semacam hantu bagi para penulis. Banyak hal yang ingin dituliskan, tapi begitu sampai di depan laptop atau kertas, semua hal itu seolah dirampas oleh hantu bajak laut.

            Saya punya tips, pertama keluar rumah dan jalan-jalan. Lakukan apa yang kamu sukai. Makan es krim, nonton atau membaca. Terserah. Yang penting jangan dipaksakan di depan laptop, nanti kepala kamu bisa pecah berantakan. Itu bukan pemandangan yang bagus bagi orang yang menemukan kita pertama kali.

            Tips selanjutnya, bangunlah atmosfer tulisan kamu melalui lagu. Pilih lagu yang sesuai dan dengarkan selama proses menulis. Dalam menulis Ryu, saya mengumpulkan dalam satu folder sendiri lagu-lagu bertempo lambat dan mendayu-dayu, untuk menciptakan armosfer yang sesuai. Lagu yang bertema pas juga bagus. Dalam kisah Ryu saya mendengar lagi I won’t give up milik Jazon Miraz untuk membangun suasana yang pas.

6. Baca Ulang

Setelah selesai, baca ulang, jadi editor pertama untuk tulisan kamu. Periksa kembali typo, kesalahan EBI, dan sebagainya.

7. Untuk menambah makna dari kisah, ciptakan quote. Kalau bisa ciptakan sendiri. Kalau tidak bisa ambillah quote yang cocok dari orang terkenal tapi sertakan namanya. Tapi, pastikan quote yang diambil harus dari pemilik quote yang rela quotenya dipakai. Nanti kasus pulak. :D

Demikian cara menurut pengalaman saya dalam menuliskan novel berdasarkan kisah nyata. Semoga bermanfaat. Tetap berkarya. Salam literasi.

Medan, 30 November 2017

Pemesanan novel Ryuchan Genki Desu bisa WA ke 085296777705